Zuhud: Kunci meraih cinta Allah dan Manusia
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ، قَالَ:جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا أَنَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِي اللهُ، وَأَحَبَّنِي النَّاسُ? قَالَ: " ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبُّكُ اللهُ، وَازْهَدْ فِيمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ – رواه البيهقي في شعب الإيمان 13/116
Dari Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi radhiyallahu anhu, ia berkata: “Ada seseorang yang datang kepada Rasulullah SAW lalu berkata: ‘Wahai Rasulullah! Tunjukkanlah kepadaku satu amalan di mana jika aku mengamalkannya maka aku akan dicintai Allah dan dicintai manusia.” Maka beliau menjawab: “Zuhudlah di dunia, niscaya engkau dicintai Allah dan zuhudlah terhadap apa yang dimiliki manusia, niscaya engkau dicintai manusia." (H.R. Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman XII:116 no. 10044) Derajat hadits : Hasan
Zuhud terhadap dunia adalah salah satu cara mendapatkan cinta Allah. Kecintaan Allah terhadap hambanya adalah perkara yang agung. Orang yang dicintai Allah maka dia telah diberikan taufiq kepada segala apa yang dicintai dan diridhai-Nya.
Sebenarnya banyak cara untuk mendapatkan kecintaan Allah, diantaranya: berbuat baik kepada kedua orang tua, keluarga, sanak kerabat, tetangga, dan sesama kaum muslimin, tawakkal kepada Allah, menegakkan keadilan, sabar, takwa, bersuci lahir batin, berjihad di jalan Allah, dan lain sebagainya. Kesimpulannya, bahwa cara mendapatkan kecintaan Allah ialah mentaati-Nya dengan jujur dan menjauhi segala larangan-Nya.
Allah Ta’ala mencintai orang-orang yang zuhud terhadap dunia dan mencela orang-orang yang mencintai dunia dan mengutamakannya daripada akhirat. Allah berfirman:
كَلَّا بَلْ تُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ - وَتَذَرُونَ الْآخِرَةَ
“Tidak! Bahkan kamu mencintai kehidupan dunia dan mengabaikan (kehidupan) akhirat.” (Q.S. Al-Qiyamah: 20-21). Jika Allah mencela orang-orang yang mencintai dunia, maka itu menunjukkan bahwa Dia memuji orang-orang yang tidak mencintai dunia. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia mendapat dunia menurut apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.” (Hadits shahih, H.R. Ibnu Majah: 4105.).
Seseorang yang zuhud bukan berarti mengharamkan yang halal dan menyia-nyiakan harta, namun seseorang yang zuhud di dunia adalah lebih yakin kepada apa yang ada di tangan Allah daripada kepada apa yang ada di kedua tangannya. Seorang yang zuhud apabila diuji dengaan dengan musibah maka dia lebih senang dengan pahala dari Allah dari pada hilangnya musibah itu darinya, bahkan berharap seandainya musibah tersebut tetap terjadi padanya.”
Sikap ini muncul dari lurus dankuatnya keyakinan, karena Allah menjamin rizki seluruh hamba-Nya dan menanggungnya, seperti yang Dia firmankan:
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ (6)- هود: 6
“dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rizkinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam kitab yang nyata (lauhul mahfuzh).” (Q.S. Hud: 6)
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ -النحل: 96
“Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal …” (Q.S. An-Nahl: 96)Dikatakan kepada Abu Hazim: “Apa hartamu?” Ia menjawab: “aku mempunyai dua harta yang dengan keduanya aku tidak takut miskin: percaya sepenuhnya kepada Allah dan tidak mempunyai harapan terhadap apa yang ada di tangan manusia.”
Barangsiapa mewujudkan keyakinan, percaya sepenuhnya kepada Allah dalam seluruh urusannya, ridha dengan pengaturan-Nya terhadap dirinya, dan tidak mengantungkan diri kepada makhluk dalam harapan dan takut, kemudian itu semuanya mencegahnya dari mencari dunia dengan cara-cara yang illegal (tidak benar), sungguh, ia menjadi orang zuhud sejati di dunia dan manusia terkaya, kendati ia tidak mempunyai sedikit pun dari harta dunia.
Jika seorang hamba mendapatkan musibah pada dunianya, misalnya hartanya ludes, anaknya meninggal dunia, dan lain sebagainya maka ia lebih senang kepada pahala musibah tersebut daripada kepada dunianya yang hilang untuk kembali lagi kepadanya. Sikap seperti ini juga terjadi karena kesempurnaan keyakinan.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW berkata dalam do’anya:
اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُولُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ إِلَى جَنَّتِكَ، وَمِنَ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا
“Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang dapat menghalangi antara kami dengan perbuatan maksiat kepada-Mu, anugerahkan kepada kami ketaatan kepada-Mu yang akan menyampaikan kami ke Surga-Mu, dan anugerahkan kepada kami keyakinan yang membuat kami merasa ringan atas seluruh musibah dunia ini…” (Hadits Hasan, H.R. At-Tirmidzi. no. 3502, Ibnu Sunni, no. 446).
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (22) لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (23)-الحديد: 22، 23
“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauhul mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.” (Q.S. Al-Hadid: 22-23)Sabda Rasulullah SAW, “Dan zuhudlah terhadap apa yang ada di tangan manusia niscaya engkau dicintai manusia.” Wasiat kedua di hadits ini ialah zuhud terhadap apa saja yang ada di tangan manusia. Zuhud seperti ini membuat orang dicintai manusia. Rasulullah SAW bersabda:
“… dan ketahuilah bahwa kemuliaan seorang Mukmin ialah shalat malamnya dan kehormatannya ialah tidak merasa butuh kepada manusia.”
Seseorang sangat butuh kecintaan orang lain karena dengannya ia merasa senang dan lapang dada ketika ia hidup di tengah masyarakat yang mencintainya, sebaliknya ia merasa sempit ketika ia hidup di tengah masyarakat yang membencinya.
Akan tetapi, yang perlu diperhatikan dalam mendapatkan kecintaan manusia ialah harus dengan cara yang benar dan adil yang dibenarkan dalam agama islam, bukan dengan cara-cara yang menyimpang dari agama islam. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ أَرْضَى اللَّهَ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ وَمَنْ أَسْخَطَ اللَّهَ بِرِضَا النَّاسِ وَكَلَهُ اللَّهُ إلى الناس
“Barang siapa membuat marah manusia dengan keridhaan Allah maka Allah akan mencukupinya dari pemberian manusia dan Barangsiapa membuat ridha manusia dengan kemurkaan Allah maka ia diserahkan oleh Allah kepada manusia, .” (Hadits Shahih, H.R. Ibnu Hibban, no. 277)Al-Hasan Al-Bashri berkata: “engkau senantiasa menjadi mulia di mata manusia atau manusia senantiasa memuliakanmu jika engkau tidak mengambil apa yang ada di tangan manusia. Jika engkau mengambil apa yang ada di tangan manusia, mereka meremehkanmu, membenci perkataanmu, dan benci kepadamu.”
Banyak sekali hadits Nabi SAW yang memerintahkan menahan diri dari minta-minta kepada manusia dan merasa tidak membutuhkan mereka. Jadi, barangsiapa meminta sesuatu yang ada di tangan manusia, maka mereka membencinya dan tidak menyukainya, karena harta itu disukai manusia, karenanya, barangsiapa meminta apa yang mereka sukai, maka mereka membencinya.
Adapun orang yang zuhud terhadap apa yang ada di tangan manusia dan menahan diri dari meminta kepada mereka, maka mereka akan mencintai dan memuliakannya. Karenanya, ia menjadi mulia di atas mereka, seperti dikatakan orang Arab Badui kepada penduduk Bashrah: “Siapa orang mulia di desa ini?” Penduduk Bashrah menjawab: “Al-Hasan,” Orang Arab Badui itu bertanya: “Kenapa ia mulia atas penduduk Bashrah?” Penduduk Bashrah menjawab: “Manusia membutuhkan ilmunya, sedang ia tidak membutuhkan dunia mereka.”
Dengan zuhud, orang tidak akan hasad apalagi sampe berani menyakiti orang lain demi merebut hartanya.
BalasHapusmampir ya ke http://cafeilmubrilly.blogspot.com