TAFSIR MAUDHU'I : YAKIN DALAM AL-QUR’AN
Muhammad Ihsan
A.
HAKIKAT YAKIN
1.
Yakin Menurut Bahasa Dan Istilah
a.
Yakin menurut bahasa
Kata yakin (يَقِيِنٌ) merupakan isim mashdar yang berasal dari ,[1]يَقَنًا- يَيْقَنُ- يَقِنَ yang bermakna الاَمْرُ )jelas dan pasti)[2].
Syaikh Al-Jurjani mengatakan bahwa Yakin menurut bahasa adalah ilmu yang tidak
ada keraguan bersamanya.[3]
b.
Yakin menurut Istilah
Syaikh Al-Jurjani
menjelaskan bahwa Yakin menurut istilah adalah meyakini sesuatu itu seperti itu
dan meyakini bahwa hal itu tidak mungkin kecuali seperti itu, serta senantiasa
akan sesuai dengan kenyataan.[4]
Abu Hilal al-Askari
mendefinisikan bahwa yakin adalah tetapnya jiwa dan dadanya merasa tenteram
dengan apa yang ia ketahui.[5] Al-Baidhowi (W. 691 H) mengatakan bahwa yakin adalah
mengokohkan ilmu dengan meniadakan keraguan dan kesamaran tentangnya dengan
cara Nadzr (berfikir mendalam) dan Istidlal (menunjukkan dalil)[6].
Quraisy Shihab
menjelaskan bahwa yakin adalah pengetahuan yang mantap tentang sesuatu disertai
dengan tersingkirnya apa yang mengeruhkan pengetahuan itu, baik berupa
keraguan, maupun dalil-dalil yang dikemukakan lawan. Itu sebabnya Allah tidak
dinamai mencapai tingkat yakin karena pengetahuan Yang Maha mengetahui itu
sedemikian jelas sehingga tidak pernah sesaat atau sedikit pun disentuh oleh
keraguan. Berbeda dengan manusia yang yakin. Sebelum tiba keyakinannya, ia
terlebih dahulu oleh keraguan. Namun, ketika ia sampai pada tahap yakin,
keraguan yang tadinya ada menjadi sirna. Itu disebabkan Allah menjelaskan
ayat-ayatnya dalam bentuk beragam dan silih berganti. Sehingga keraguan
terkikis sedikit demi sedikit dan yang bersangkutan mencapai tahap yakin.[7]
2.
Lafadz yakin dalam Al-Qur’an
Lafadz yakin dan bentuk-bentuk tashrifannya ada 28 buah
yang tersebar di 19 surat. diantara :
الْمُوقِنِينَ (1) الْيَقِينُ (2) الْيَقِينِ (4) بِمُسْتَيْقِنِينَ
(1) تُوقِنُونَ (1) لِلْمُوقِنِينَ (1) لِيَسْتَيْقِنَ (1) مُوقِنُونَ (1) مُوقِنِينَ
(2) وَاسْتَيْقَنَتْهَا (1) يَقِينًا (1) يَقِينٍ (1) يُوقِنُونَ (11)
3.
Makna Yakin Dalam Al-Qur’an
a.
Sesuatu yang tidak ada keraguan
Ketika
orang-orang Yahudi ingin menangkap Nabi Isa as, Allah telah menyerupakan murid
Nabi Isa yang berkhianat menjadi seperti Nabi Isa. Kemudian Allah mengangkat
nabi Isa kepadaNya. Sehingga yang mereka salib itu bukanlah Nabi Isa, dan
ternyata mereka ketika menyalibnya pun ada dalam keraguan. Tidaklah mereka
merasa yakin. Sebagaimana telah diceritakan oleh Allah dalam Al-Qur’an.
وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ
اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ
الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ
إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا [النساء/157]
Dan karena ucapan mereka:
"Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul
Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya,
tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka.
Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa,
benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak
mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti
persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu
adalah Isa.
Ketika burung
Hud-hud terbang berkelana ke Negeri Saba, ia melihat penduduk negeri itu
dipimpin oleh seorang ratu bernama balqis. Dia memperhatikan perbuatan penduduk
saba itu dengan mata kepala sendiri, bahwa mereka menyembah matahari. Kemudian ia
pulang menuju kerajaan Nabi Sulaiman untuk mengabarkan yang dia lihat kepada
Nabi Sulaiman.
فَمَكَثَ غَيْرَ
بَعِيدٍ فَقَالَ أَحَطتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ وَجِئْتُكَ مِنْ سَبَإٍ بِنَبَإٍ
يَقِينٍ [النمل/22]
Maka tidak lama kemudian (datanglah
hud-hud), lalu ia berkata: "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum
mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang
diyakini.
b.
Dengan makna kematian
وَاعْبُدْ
رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ [الحجر/99]
dan
sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).
حَتَّى أَتَانَا الْيَقِينُ [المدثر/47]
hingga datang kepada kami
kematian."
Tentang
lafadz yakin dalam ayat ini, ada beberapa ulama memberi arti kemenangan, tetapi
banyak ulama yang memahaminya dalam arti kematian. Jika kata tersebut dipahami
dalam arti kemenangan, dapat timbul kesan bahwa perintah melaksanakan shalat
dan beribadah berakhir dengan datangnya kemenangan. Berbeda halnya jika ia
difahami dalam arti kematian. Kematian dipersamakan dengan keyakinan karena ia
adalah sesuatu yang pasti, tidak seorang pun meragukannya. Setiap saat terlihat
ia terlihat, walau sekian banyak pula orang yang lengah menyangkut keadaannya.
Ayat
diatas menggambarkan datangnya kematian dengan kalimat “sampai datang kepadamu
keyakinan”. Itu berarti bukan manusia yang pergi menemuinya karena memang semua
manusia enggan mati dan, kalaupun dia berusaha mengakhiri hidupnya, dia tidak
akan berhasil jika seandainya kematian belum datang menemuinya. Namun demikian,
suka tau tidak suka, cepat atau lambat, maut pasti datang menemui kita. Ia
diibaratkan dengan anak panah yang telah dilepas dari busurnya, ia terus akan
mengejar sasarannya, dan begitu ia tiba pada sasaran, saat itu pula kematian yang
ditujunya tiba. Kecepatan anak panah itu jauh melebihi kecepatan melaju makhluk
hidup sehingga betapa kencangnya ia berlari pada akhirnya anak panah itu
mengenainya juga.
Ayat
di atas juga membuktikan bahwa shalat dan ibadah harus dilaksanakan sepanjang hayat.
Ia tidak boleh terhenti kecuali dengan kematian. Jangankan manusia biasa,
Rasulullah saw pun yang demikian suci jiwanya dan demikian dekat lagi dicintai
Allah swt. masih diperintahkan oleh ayat ini untuk terus shalat dan beribadah,
apalagi selain beliau.[8]
4.
Lafadz-Lafadz Lain Yang Bermakna Yakin Dalam Al-Qur’an
A.
Zhann
الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ
رَاجِعُونَ [البقرة/46]
(yaitu) orang-orang yang meyakini,
bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.
Anak kalimat يَظُنُّونَ
(yang menduga keras), ada yang memahaminya dalam arti yakin dan ada juga yang
memahaminya seperti makna kebahasaan kata itu, yakni dugan keras, walaupun
belum sampai tingkat yakin. Bahasa Arab sering kali menggunakan kata (ظّنَّ) zhann untuk makna yakin, selanjutnya
kata مُلَاقُو رَبِّهِمْ ada yang memahaminya
dalam arti hari kemudian dan ada juga yang memahaminya dalam arti “yakin”
memahami makna “mulaqu rabbihim” dalam arti percaya akan keniscayaan hari
kemudian karena menurut mereka objek iman tersebut harus dipercayai dengan
sempurna tidak cukup sekedar dugaan.[9]
B.
‘Alima
يَسْتَعْجِلُ بِهَا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِهَا وَالَّذِينَ
آَمَنُوا مُشْفِقُونَ مِنْهَا وَيَعْلَمُونَ أَنَّهَا الْحَقُّ أَلَا إِنَّ
الَّذِينَ يُمَارُونَ فِي السَّاعَةِ لَفِي ضَلَالٍ بَعِيدٍ [الشورى/18]
Orang-orang
yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu segera
didatangkan dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka
yakin bahwa kiamat itu adalah benar (akan terjadi). Ketahuilah bahwa
sesungguhnya orang-orang yang membantah tentang terjadinya kiamat itu
benar-benar dalam kesesatan yang jauh.
B. PEMBAHASAN
AL-QUR’AN MENGENAI YAKIN
a.
Yakin itu diharuskan oleh Allah SWT pada orang-orang
beriman
Allah Swt telah
menunjukkan tanda-tanda kekuasaannya kepada manusia di langit dan di bumi, Dia
telah menundukkan matahari dan bulan, sehingga keduanya beredar dengan waktu
yang ditentukan, Dia pun mengurus pergantian siang dan malam. Semua tanda-tanda
yang telah Allah perlihatkan kepada manusia seharusnya menjadikan dirinya
semakin Yakin kepada Allah dan kepada semua yang diterangkannya dalam
Kitab-Nya. Allah berfirman
اللَّهُ
الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى
الْعَرْشِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى
يُدَبِّرُ الْأَمْرَ يُفَصِّلُ الْآَيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ
تُوقِنُونَ [الرعد/2]
Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa
tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy,
dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang
ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.
وَفِي خَلْقِكُمْ وَمَا يَبُثُّ مِنْ
دَابَّةٍ آَيَاتٌ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ [الجاثية/4]
Dan
pada penciptakan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran
(di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini,
وَفِي الْأَرْضِ آَيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ
[الذاريات/20]
Dan di bumi itu
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin.
b.
Orang yang termasuk golongan orang-orang yang yakin
وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ
مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ [الأنعام/75]
Dan
demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang
terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk
orang yang yakin.
Kata al-Muqiniin adalah bentuk
jamak dari kata muqin, yang terambil dari kata yakin. kata ini mengandung makna
pengetahuan yang tidak disentuh oleh keraguan sedikitpun. Iman atau
kepercayaan, apalagi pada tahap-tahap awal, sering kali dibarengi oleh tanda
tanya dan keraguan. Nabi ibrahim as. Pernah mengalami hal itu. Dalam Q.S.
Al-Baqarah ayat 260 diuraikan permintaan Nabi Ibrahim as kepada Allah swt. agar
di tunjukkan kepada beliau bagaimana yang mahakuasa menghidupkan yang mati.
Ketika ditanya; “Apakah engkau belum beriman?” Beliau menjawab: “Aku
sudah beriman, tetapi permintaanku itu adalah untuk menenangkan hatiku."
Ketika menafsirkan ayat ini,
Quraish Shihab mengemukakan bahwa agaknya tidak keliru bila kta berpendapat
bahwa, saat menyampaikan permohonan itu, Nabi Ibrahim as. Belum sampai pada
satu tingkat keimanan yang meyakinkan sehingga-ketika itu- masih ada semacam
pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam benak beliau. Kalaupun ketika itu
beliau telah yakin, itu baru sampai pada tingkat ‘Ilm al-Yakin, belum ‘Ain
al-Yakin, apalagi Haqq al-Yakin. Beliau baru sampai pada tingkat keyakinan yang
sempurna setelah malakut as-Samawati wa al-Ardh ditunjukkan kepadanya oleh
Allah, sebagaimana firmannya di atas.[10]
c.
Akibat tidak mengakui keyakinan, karena dzalim dan
sombong
Setelah
ditunjukkan kepada Fir’aun tanda-tanda kekuasaan Allah berupa mukjizat Nabi
Musa, muncullah dalam diri Fir’aun keyakinan akan kebenaran. Akan tetapi
keyakinan itu tidak menjadikannya mengakui akan adanya Allah dan kenabian Nabi
Musa, hal itu dikarenakan kedzaliman dan kesombongannya.
وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا
أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ
الْمُفْسِدِينَ [النمل/14]
Dan mereka mengingkarinya karena
kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya.
Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan.
d.
Tingkatan Yakin
Ar-Raghib memberikan
penjelasan tentang tingkatan keyakinan. Ada tiga tingkatan, yaitu ilmu
al-Yakin, Ain al-Yakin dan Haqq al-Yakin. Beliau memberikan contoh.
1.
Ilmu al-Yakin, misal, ilmu tentang masuknya ke surga
2.
Ain al-Yakin, misal, apabila melihat surga
3.
Haqq al-Yakin, misal, apabila memasuki surga[11]
Tingkatan ini berdasarkan ayat Al-Qur’an berikut ini.
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ (
)
حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ (
)
كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (
)
ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (
)
كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ (
)
لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ ( ) ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ
( ) ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ
النَّعِيمِ ( )
[التكاثر/1-8]
Bermegah-megahan telah melalaikan
kamu, Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan
mengetahui (akibat perbuatanmu itu), Dan janganlah begitu, kelak kamu akan
mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang
yakin, Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, Dan
Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin, Kemudian
kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu
megah-megahkan di dunia itu).
إِنَّ هَذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِينِ
[الواقعة/95]
Sesungguhnya
(yang disebutkan ini) adalah suatu haqqul Yakin.
e.
Yakin yang sebenarnya (Haqq Yakin)
Allah telah berfirman bahwa al-Qur’an itu adalah Haqq
al-Yakin,
وَإِنَّهُ لَحَقُّ الْيَقِينِ
[الحاقة/51]
Dan
sesungguhnya Al Quran itu benar-benar kebenaran yang diyakini.
Apabila Al-Qur’an
adalah haqq Al-Yakin, maka apa yang diterangkan di dalamnya pun adalah haqq
al-yakin. berikut diantara haqq al-yakin yang telah disebutkan Allah dalam
Al-Qur’an.
1.
Al-Qur’an
هَذَا بَصَائِرُ لِلنَّاسِ وَهُدًى
وَرَحْمَةٌ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ [الجاثية/20]
Al
Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
meyakini.
2. Kematian
وَاعْبُدْ
رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ [الحجر/99]
dan
sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).
حَتَّى أَتَانَا الْيَقِينُ [المدثر/47]
hingga datang kepada kami
kematian."
3. Alam Akhirat
اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ
بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ
وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى يُدَبِّرُ الْأَمْرَ يُفَصِّلُ
الْآَيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ [الرعد/2]
Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa
tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy,
dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang
ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.
وَلَوْ تَرَى
إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا
وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ [السجدة/12]
Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka
ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya,
(mereka berkata): "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka
kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya
kami adalah orang-orang yang yakin."
4. Hukum Allah
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ
وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ [المائدة/50]
Apakah hukum Jahiliyah yang mereka
kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi
orang-orang yang yakin ?
Apakah hukum
jahiliyyah, yakni hukum yang didasarkan oleh nafsu, kepentingan sementara,
serta kepicikan pandangan yang mereka kehendaki dan, jika demikian, siapakah
yang lebih sesat daripada mereka? Selanjutnya, karena kesempurnaan serta
baiknya suatu hukum adalah akibat kesempurnaan pembuatnya, sedang Allah adalah
wujud yang paling baik serta sempurna, jika demikian siapakah yang paling
sempurna dan siapakah yang lebih baik daripada Allah yang Maha Mengetahui itu
dalam menetapkan hukum dan dalam hal-hal yang lain bagi kaum yang yakin, yakni
yang ingin mantap kepercayaannya? Tidak Ada!
Seseorang yang ingin mencapai tahap keyakinan
harus berusaha menghilangkan setiap kerancuan yang menyelinap ke dalam benak,
dan hatinya. Ini ditempuh dengan jalan mendekatkan diri kepada Allah,
mempelajari hukum-hukum yang ditetapkannya serta mengamalkannya. “Siapa yang
mengamalkan apa yang diketahuinya, Allah akan mewariskan kepadanya pengetahuan
yang belum diketahuinya.” Demikian sabda nabi Saw., dan pengetahuan yang
terakhir ini mengantar ia sampai kepada keyakinan, dan ini pada gilirannya
mengantar ia dengan mantap berkata bahwa tidak ada yang lebih baik daripada
Allah dalam menetapkan hukum.[12]
f.
Beberapa
golongan yang disifati dengan yakin dalam Al-Qur’an
1) Orang-orang
bertaqwa
ذَلِكَ الْكِتَابُ
لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ ( ) الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ
الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ ( ) وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ
إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآَخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ [البقرة/2-4]
dan mereka yang beriman kepada
Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah
diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
2) Orang-orang beriman
طس
تِلْكَ آَيَاتُ الْقُرْآَنِ وَكِتَابٍ مُبِينٍ ( ) هُدًى وَبُشْرَى
لِلْمُؤْمِنِينَ ( ) الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ بِالْآَخِرَةِ
هُمْ يُوقِنُونَ [النمل/1-3]
(yaitu)
orang-orang yang mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat dan mereka yakin
akan adanya negeri akhirat.
3) Orang-orang yang
berbuat Ihsan
تِلْكَ
آَيَاتُ الْكِتَابِ الْحَكِيمِ ( ) هُدًى وَرَحْمَةً لِلْمُحْسِنِينَ ( ) الَّذِينَ يُقِيمُونَ
الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ بِالْآَخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ [لقمان/2-4]
(yaitu)
orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka yakin akan
adanya negeri akhirat.
Di
ketiga golongan di atas, ayat-ayat itu mendahulukan objek keyakinan, yaitu
akhirat, sebelum kata kerjanya. Ini unutk mengisyaratkan betapa kukuh dan
besarnya perhatian mereka tentang akhirat, bahkan keyakinan akan hal tersebut
telah mewarnai segala aktivitasnya. Visi yang dimmilikinya adalah visi yang
jauh tidak terbatas pada “di sini” dan “sekarang”. Keistimewaan itu lebih
ditonjolkan lagi dengan pengulangan kata “mereka”, yakni dengan menyatakan dan
mereka itu menyangkut akhirat, adalah mereka yang senantiasa yakin. seakan-akan
tidak ada yang menyandang sifat-sifat ini kecuali mereka.[13]
C.
Penutup
Berdasarkan
pembahasan tentang yakin di atas, mudah-mudahan dapat menambah keyakinan kita
terhadap apa yang telah Allah firmankan melalui Rasul-Nya kepada kita. Dengan mentadabburi
ayat-ayat-Nya, dan mentafakkuri tanda-tanda kekuasaan Allah yang Dia tunjukkan
di alam ini.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, kesan,
dan keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera hati. Cet. 1. 2009
Abu
Hilal Al-Askary, Furuq Al-Lughowiyyah,
Dar Ilmu wa Ats-Tsaqofah: Kairo, 1997
Al-Baidhowi,
Anwar at-Tanzil wa Asrar At-Ta’wil, Dar Al-Ihya At-Turats Al-‘Arabi: Beirut, 1418 Ar-Raghib
Al-Ashfahani, Mu’jam Mufrodat Alfadz al-Qur’an al-Karim,
Ibnu
Mandzur, Lisanul Arab, Maktabah Syamilah.
A.W, Munawwir, Kamus Al-Munawwir, Pustaka Progressif
Program
Computer
Al-Qur’an
Digital, versi 2.1
Qur’an
In Word versi 1.2.0
Maktabah Syamilah, versi 2.11
اليقين : في اللغة: العلم الذي لا شك معه، (التعرفات : 85)
اليقين : في الاصطلاح: اعتقاد الشيء بأنه كذا مع اعتقاد أنه لا يمكن إلا كذا، مطابقاً للواقع غير ممكن الزوال (التعرفات : 85)
واليقين هو سكون النفس وثلج الصدر بما علم (الفروق اللغوية - (1 / 374))
[6] Al-Baidhowi, Anwar at-Tanzil wa Asrar At-Ta’wil, Dar Al-Ihya At-Turats Al-‘Arabi: Beirut, 1418 H. hal. Juz I, hal 40,
[7] Quraisy Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Lentera Hati: Jakarta, Ed. Baru. Cet. 1, 2009. vol. 3, hal. 146
[13] Quraisy Shihab, Tafsir Al-Mishbah, vol. 10
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusArtikelnya bagus banget, sangat membantu untuk yakin kepada Allah,
BalasHapusmampir ya ke http://cafeilmubrilly.blogspot.com
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus